Tuesday, February 04, 2020



Beach Getaway to French Riviera 






Musim panas di Eropa bukanlah musim yang menyenangkan. Suhu cuaca di kota tempat tinggal saya, Toulouse, bisa mencapai 35 derajat di siang hari. Bagi saya, ini adalah tanda untuk segera pergi berlibur. Kemana? Yah apalagi kalau bukan pantai. Untuk tujuan kali ini, saya menunjuk untuk pergi menikmati pemandangan pantai Mediterania, French Riviera, menuju kota-kota cantik di Prancis Selatan. Riviera sendiri dalam bahasa Italy mempunyai arti ‘coastline’.

Ada dua cara menuju kesana, dengan kereta api atau pesawat terbang. Karena waktu memesan saya cukup mepet, hanya  dua minggu sebelum waktu berangkatnya, pesawat terbang adalah solusi yang paling menarik. Ketika berpergian di Prancis, ada baiknya untuk selalu membandingkan harga kedua trannsportasi tersebut, karena  sistem tiket kereta api disini sama dengan pesawat terbang, apabila beli jauh hari akan mendapatkan harga yang lebih murah. Untuk menuju French Riviera, kota yang paling strategis untuk dikunjungi pertama adalah Nice.
Ketika hari berangkatnya tiba, saya terkejut karena ternyata pesawat yang akan saya naiki adalah pesawat kecil baling-baling. Dimana bagasi cabin saya saja tidak bisa diangkut ke dalam pesawat. Jadi, harus diletakkan di dekat tangga sebelum kita naik dan nantinya ada petugas yang akan mengambil bagasi kita. Begitu kita turun kita ambil lagi. Berasa seperti  naik Bus saja, yah!  
Nice
Begitu sampai Nice, kami langsung bergegas menuju hotel. Hotel kami ini letaknya dekat dengan stasiun kereta. Ini penting, karena kami berencana mengunjungi kota-kota lainnya dengan menggunakan kereta.
Tujuan pertama, kami menuju Catheau de Nice, letaknya ada di dekat Veulieux Nice (Kota Tua Nice). Dari sini kita bisa melihat pemandangan Nice dari ketinggian. Ada dua cara menuju Catheau tersebut, naik lift (gratis) dan naik tangga. Yah tentu saja kami memilih naik lift! Sampai diatas, pemandangan langsung menghadap Promenade des Anglais  dan pantai Nice terpampang depan mata. Indah sekali.  Bagi saya, Nice adalah perpaduan kecantikan Prancis dan Italy. Meskipun penduduk local berbahasa Prancis, tetapi Nice penuh dengan bangunan arsitektur berwarna pastel seperti Italy. Tidak heran, karena letak Nice begitu dekat dengan perbatasan Italy.
Puas mengagumi Nice dari atas, kami segera bergegas menuju pantai. Begitu sampai, saya kaget karena ternyata pantainya itu  batu!!!. Duh, sakit sekali apabila kita langsung menginjak tanpa alas kaki. Setelah nyebur sedikit, saya jadi parno sendiri karena takut jatuh terpeleset di batu-batu tersebut.
Kami kemudian memutuskan hanya berjalan-jalan di Promenade des Anglais, tempat dimana turis dan lokal bercampur baur untuk bersosialisasi dan berolahraga sambil meilhat orang-orang yang berenang atapun berjemur di pantai batu tersebut. Saya perhatikan, Nice ternyata punya pantai untuk umum  dan pantai privat. Di pantai privat, kita bisa menyewa tempat duduk dan payung  15 euro selama 6 jam. Yang saya salut, mereka juga membuat pantai yang bisa dilewati oleh orang yang menggunakan kursi roda.
Nice di tengah malam sangat hidup dengan cafe dan fine dining restaurant bertebaran dipenjuru kota. Restaurant disini juga bermacam variasinya, mulai dari masakan Prancis, Italy dan juga Asia. Saran saya, jangan lupa menikmati Gellato di Fennocio, terletak di Place Rosseti. Gellato ini menawarkan banyak rasa unik yang menarik, seperti rasa Viollete ataupun Tomato Basil. Yum!
Kebetukan kami datang bertepatan dengan hari libur keagamaan di Prancis. Di hari itu, pemerintah kota Nice akan membuat kembang api. Kembang api mulai dari jam 10 malam. Selama 20 menit, lampu kota Nice dimatikan. Dalam keadaan gelap gulita, kita menikmati kembang api yang dinyalakan dari dua kapal laut di ujung pantai Nice. It was beyond beautiful.
Monaco



Keesokan harinya, kami langsung bergegas menuju Monaco. Yes, we are vsiting our twin country. Negara dengan bendera merah putih ini hanya berjarak setengah jam dari Nice. Tiketnya pun kami hanya membayar 3.7 euro sekali jalan. Selain kereta, terdapat juga bus yang menghubungkan dari Nice ke Monaco.  Sampai disana, udara Monaco sedang panas-panasnya. Tetapi hal itu tidak mengurangi semangat kami untuk segera menjelajah Monaco yang sangat cantik. Luxury memang adalah identitas yang sangat jelas dari Monaco. Hal ini terlihat dari Yatch yang berjajar di harbour Monaco, luxury boutique brands dan mobil mewah menghias semua sudut Monaco.  Tujuan kami disitu ada dua, pertama dan tentu saja ke Monte Carlo yang terkenal itu, dan bagi partner, dia mau bernapak tilas rute F1 Monaco.
Monte Carlo sendiri adalah sebuah ‘wealthy’ distrik di Monaco. Casino nya adalah salah satu icon yang terkenal dari distrik ini. Monte Carlo Casino dibangun sejak  tahun 1863. Monte Carlo Casino sendiri buka untuk umum. Sedikit tip, datanglah kesana setelah jam 2 siang, karena Casino ini akan dibuka gratis. Penasaran, kami masuk ke Casino tersebut dan ikut mencoba bermain. Di dalam Casino, Saya terpesona dengan interior yang terlihat mewah dan glamour. 
Lalu kami bergerak menuju Palais Princier de Monaco, istana tempat kediaman kerajaan Monaco. Biasa melihat istana Eropa yang cantik, saya terkejut karena bentuk istananya biasa saja, malah bentuknya lebih terlihat seperti benteng. Monaco juga mempunyai museum Oseanografi yang cukup terkenal. Apabila membawa anak kecil,  kita bisa membawa mereka kesana untuk melihat binatang laut.
Monaco juga terkenal oleh Formule 1 race yang termasuk pertama di dunia. F1 ini juga unik, karena race nya ada di dalam kota Monaco sendiri, tidak di jalur tersendiri seperti yang F1 lainnya. Di dekat Port Monaco, kita bisa melihat bekas dari titik start F1. F1 Monaco sendiri biasanya ada di bulan Mei. Lebih baik hindari ke Monaco di bulan Mei apabila Anda bukan penggemar F1, karena dimana-mana hotel akan mahal dan turis akan sangat membludak.
Cannes
Hari berikutnya, kami memutuskan untuk ke Cannes, kota tepi laut yang terkenal dengan Festival Film Cannes, festival film yang paling terkenal di Eropa dan juga dunia. Cannes meskipun sama ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit, ternyata harga tiketnya lebih mahal dibanding ke Monaco.
Setelah melihat Monaco dan Nice, Cannes ternyata kurang menarik untuk saya, dan udaranya lebih panas. Karena itu, kami memutuskan untuk naik kereta  eskursi kecil yang membawa kami menyusuri Cannes. Cannes sendiri kota yang tidak besar, namun jarak dari satu tempat ke tempat lainnya cukup jauh. Dari kereta ini, kami menyusuri pantai (yang btw dari pasir tidak batu seperti Nice) dan menyaksikan private beach terkenal, Palm Beach dan melewati hotel Intercontinental Carlton Cannes yang terkenal dengan biasa ditempati oleh bintang-bintang besar ketika datang mengunjungi Festival Film Cannes.
Tak lupa, kami mengunjungi Palais de Festival, gedung dimana tempat diselenggarakan Festival Film Cannes. Disana kami juga melihat cetakan handprint dari bintang yang pernah mengunjungi Cannes.
Villefrance-sur-mer
Tengah hari kami kembali ke Nice, untuk segera menuju kota di tepi pantai yang lain, Villefrance-sur-mer. Kota ini sebenarnya tidak berada di itinerary kami. Kota ini seperti ‘hidden gem’ yang kami temukan di French Riviera. Siapa yang bisa menolak hamparan pantai yang dikelilingi oleh tebing dan bukit yang cantik. Pasirnya sendiri lebih merupakan pebble-like. Empuk dan mudah dibersihkan. Air laut Mediteriania di musim panas juga tidak terlalu dingin, malah sangat menyegarkan. Pemandangan yang indah dan air laut yang hangat merupakan pengalaman yang tak ternilai dari perjalanan kali ini.

Puas bermain di pantai, kami menyusuri pusat kota Villefrance-sur-mer. Kota kecil ini ternyata bernuansa kental kekhasan Italy. Perumahan yang berwarna pastel dan berbukit-bukit, restauran dan café yang banyak berjajar menyelip diantara gang bukit-bukit tersebut dan suasana yang romantis. Apalagi ketika malam mulai menyapa dan kota disinari oleh lampu kota. Dinner di kota kecil ini merupakan penutup yang manis dari perjalanan kami menyusuri kota-kota cantik di French Rivera.
Bulan Mendota
Tips Travelling menyusuri French Riviera
-          Nice bisa ditempuh dari Paris sekitar 1 jam naik pesawat dan 5,5 jam dengan menggunakan kereta cepat TGV. Dari Milan, Nice berjarak sekitar 5 jam dengan menggunakan kereta.
-          Musim panas adalah musim terpadat dari kawasan French Rivera, disarankan untuk reservasi  3-4 bulan sebelumnya untuk mendapatkan harga terbaik baik untuk akomodasi dan transportasi.
-          Jangan lupa bawa perlengkapan berwisata di pantai dengan lengkap ( handuk, payung, tikar, kain Bali, sunblock, dll ) karena akan susah mencari toko di dekat pantai, apalagi dengan harga yang terjangkau.
-          Apalagi punya  banyak waktu, jangan ragu untuk beach-hopping ke kota yang lain di sekitar Nice dan Monaco.
-          Jangan lupa bawa sepatu yang berbahan karet (seperti crocs,dll) karena pasir batu di Nice akan lebih enak kalau memakai alas kaki tersebut.
-          Kota-kota di French Riviera sebanarnya tidak besar dan bisa dijelajah dengan berjalan kaki. Namun, jangan ragu untuk mencoba bus, tram ataupun kereta eskursi yang tersedia di kota tersebut.
-          Suhu udara di musim panas sekitar 25-35 derajat celcius. Udara ini bahkan lebih panas dari Indonesia, jangan lupa untuk selalu menggunakan sunblock ketika hendak berjemur ataupun berpergian.




Beach Getaway to French Riviera 
Musim panas di Eropa bukanlah musim yang menyenangkan. Suhu cuaca di kota tempat tinggal saya, Toulouse, bisa mencapai 35 derajat di siang hari. Bagi saya, ini adalah tanda untuk segera pergi berlibur. Kemana? Yah apalagi kalau bukan pantai. Untuk tujuan kali ini, saya menunjuk untuk pergi menikmati pemandangan pantai Mediterania, French Riviera, menuju kota-kota cantik di Prancis Selatan. Riviera sendiri dalam bahasa Italy mempunyai arti ‘coastline’.

Ada dua cara menuju kesana, dengan kereta api atau pesawat terbang. Karena waktu memesan saya cukup mepet, hanya  dua minggu sebelum waktu berangkatnya, pesawat terbang adalah solusi yang paling menarik. Ketika berpergian di Prancis, ada baiknya untuk selalu membandingkan harga kedua trannsportasi tersebut, karena  sistem tiket kereta api disini sama dengan pesawat terbang, apabila beli jauh hari akan mendapatkan harga yang lebih murah. Untuk menuju French Riviera, kota yang paling strategis untuk dikunjungi pertama adalah Nice.
Ketika hari berangkatnya tiba, saya terkejut karena ternyata pesawat yang akan saya naiki adalah pesawat kecil baling-baling. Dimana bagasi cabin saya saja tidak bisa diangkut ke dalam pesawat. Jadi, harus diletakkan di dekat tangga sebelum kita naik dan nantinya ada petugas yang akan mengambil bagasi kita. Begitu kita turun kita ambil lagi. Berasa seperti  naik Bus saja, yah!  
Nice
Begitu sampai Nice, kami langsung bergegas menuju hotel. Hotel kami ini letaknya dekat dengan stasiun kereta. Ini penting, karena kami berencana mengunjungi kota-kota lainnya dengan menggunakan kereta.
Tujuan pertama, kami menuju Catheau de Nice, letaknya ada di dekat Veulieux Nice (Kota Tua Nice). Dari sini kita bisa melihat pemandangan Nice dari ketinggian. Ada dua cara menuju Catheau tersebut, naik lift (gratis) dan naik tangga. Yah tentu saja kami memilih naik lift! Sampai diatas, pemandangan langsung menghadap Promenade des Anglais  dan pantai Nice terpampang depan mata. Indah sekali.  Bagi saya, Nice adalah perpaduan kecantikan Prancis dan Italy. Meskipun penduduk local berbahasa Prancis, tetapi Nice penuh dengan bangunan arsitektur berwarna pastel seperti Italy. Tidak heran, karena letak Nice begitu dekat dengan perbatasan Italy.
Puas mengagumi Nice dari atas, kami segera bergegas menuju pantai. Begitu sampai, saya kaget karena ternyata pantainya itu  batu!!!. Duh, sakit sekali apabila kita langsung menginjak tanpa alas kaki. Setelah nyebur sedikit, saya jadi parno sendiri karena takut jatuh terpeleset di batu-batu tersebut.
Kami kemudian memutuskan hanya berjalan-jalan di Promenade des Anglais, tempat dimana turis dan lokal bercampur baur untuk bersosialisasi dan berolahraga sambil meilhat orang-orang yang berenang atapun berjemur di pantai batu tersebut. Saya perhatikan, Nice ternyata punya pantai untuk umum  dan pantai privat. Di pantai privat, kita bisa menyewa tempat duduk dan payung  15 euro selama 6 jam. Yang saya salut, mereka juga membuat pantai yang bisa dilewati oleh orang yang menggunakan kursi roda.
Nice di tengah malam sangat hidup dengan cafe dan fine dining restaurant bertebaran dipenjuru kota. Restaurant disini juga bermacam variasinya, mulai dari masakan Prancis, Italy dan juga Asia. Saran saya, jangan lupa menikmati Gellato di Fennocio, terletak di Place Rosseti. Gellato ini menawarkan banyak rasa unik yang menarik, seperti rasa Viollete ataupun Tomato Basil. Yum!
Kebetukan kami datang bertepatan dengan hari libur keagamaan di Prancis. Di hari itu, pemerintah kota Nice akan membuat kembang api. Kembang api mulai dari jam 10 malam. Selama 20 menit, lampu kota Nice dimatikan. Dalam keadaan gelap gulita, kita menikmati kembang api yang dinyalakan dari dua kapal laut di ujung pantai Nice. It was beyond beautiful.
Monaco
Keesokan harinya, kami langsung bergegas menuju Monaco. Yes, we are vsiting our twin country. Negara dengan bendera merah putih ini hanya berjarak setengah jam dari Nice. Tiketnya pun kami hanya membayar 3.7 euro sekali jalan. Selain kereta, terdapat juga bus yang menghubungkan dari Nice ke Monaco.  Sampai disana, udara Monaco sedang panas-panasnya. Tetapi hal itu tidak mengurangi semangat kami untuk segera menjelajah Monaco yang sangat cantik. Luxury memang adalah identitas yang sangat jelas dari Monaco. Hal ini terlihat dari Yatch yang berjajar di harbour Monaco, luxury boutique brands dan mobil mewah menghias semua sudut Monaco.  Tujuan kami disitu ada dua, pertama dan tentu saja ke Monte Carlo yang terkenal itu, dan bagi partner, dia mau bernapak tilas rute F1 Monaco.
Monte Carlo sendiri adalah sebuah ‘wealthy’ distrik di Monaco. Casino nya adalah salah satu icon yang terkenal dari distrik ini. Monte Carlo Casino dibangun sejak  tahun 1863. Monte Carlo Casino sendiri buka untuk umum. Sedikit tip, datanglah kesana setelah jam 2 siang, karena Casino ini akan dibuka gratis. Penasaran, kami masuk ke Casino tersebut dan ikut mencoba bermain. Di dalam Casino, Saya terpesona dengan interior yang terlihat mewah dan glamour. 
Lalu kami bergerak menuju Palais Princier de Monaco, istana tempat kediaman kerajaan Monaco. Biasa melihat istana Eropa yang cantik, saya terkejut karena bentuk istananya biasa saja, malah bentuknya lebih terlihat seperti benteng. Monaco juga mempunyai museum Oseanografi yang cukup terkenal. Apabila membawa anak kecil,  kita bisa membawa mereka kesana untuk melihat binatang laut.
Monaco juga terkenal oleh Formule 1 race yang termasuk pertama di dunia. F1 ini juga unik, karena race nya ada di dalam kota Monaco sendiri, tidak di jalur tersendiri seperti yang F1 lainnya. Di dekat Port Monaco, kita bisa melihat bekas dari titik start F1. F1 Monaco sendiri biasanya ada di bulan Mei. Lebih baik hindari ke Monaco di bulan Mei apabila Anda bukan penggemar F1, karena dimana-mana hotel akan mahal dan turis akan sangat membludak.
Cannes
Hari berikutnya, kami memutuskan untuk ke Cannes, kota tepi laut yang terkenal dengan Festival Film Cannes, festival film yang paling terkenal di Eropa dan juga dunia. Cannes meskipun sama ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit, ternyata harga tiketnya lebih mahal dibanding ke Monaco.
Setelah melihat Monaco dan Nice, Cannes ternyata kurang menarik untuk saya, dan udaranya lebih panas. Karena itu, kami memutuskan untuk naik kereta  eskursi kecil yang membawa kami menyusuri Cannes. Cannes sendiri kota yang tidak besar, namun jarak dari satu tempat ke tempat lainnya cukup jauh. Dari kereta ini, kami menyusuri pantai (yang btw dari pasir tidak batu seperti Nice) dan menyaksikan private beach terkenal, Palm Beach dan melewati hotel Intercontinental Carlton Cannes yang terkenal dengan biasa ditempati oleh bintang-bintang besar ketika datang mengunjungi Festival Film Cannes.
Tak lupa, kami mengunjungi Palais de Festival, gedung dimana tempat diselenggarakan Festival Film Cannes. Disana kami juga melihat cetakan handprint dari bintang yang pernah mengunjungi Cannes.
Villefrance-sur-mer
Tengah hari kami kembali ke Nice, untuk segera menuju kota di tepi pantai yang lain, Villefrance-sur-mer. Kota ini sebenarnya tidak berada di itinerary kami. Kota ini seperti ‘hidden gem’ yang kami temukan di French Riviera. Siapa yang bisa menolak hamparan pantai yang dikelilingi oleh tebing dan bukit yang cantik. Pasirnya sendiri lebih merupakan pebble-like. Empuk dan mudah dibersihkan. Air laut Mediteriania di musim panas juga tidak terlalu dingin, malah sangat menyegarkan. Pemandangan yang indah dan air laut yang hangat merupakan pengalaman yang tak ternilai dari perjalanan kali ini.

Puas bermain di pantai, kami menyusuri pusat kota Villefrance-sur-mer. Kota kecil ini ternyata bernuansa kental kekhasan Italy. Perumahan yang berwarna pastel dan berbukit-bukit, restauran dan café yang banyak berjajar menyelip diantara gang bukit-bukit tersebut dan suasana yang romantis. Apalagi ketika malam mulai menyapa dan kota disinari oleh lampu kota. Dinner di kota kecil ini merupakan penutup yang manis dari perjalanan kami menyusuri kota-kota cantik di French Rivera.
Bulan Mendota
Tips Travelling menyusuri French Riviera
-          Nice bisa ditempuh dari Paris sekitar 1 jam naik pesawat dan 5,5 jam dengan menggunakan kereta cepat TGV. Dari Milan, Nice berjarak sekitar 5 jam dengan menggunakan kereta.
-          Musim panas adalah musim terpadat dari kawasan French Rivera, disarankan untuk reservasi  3-4 bulan sebelumnya untuk mendapatkan harga terbaik baik untuk akomodasi dan transportasi.
-          Jangan lupa bawa perlengkapan berwisata di pantai dengan lengkap ( handuk, payung, tikar, kain Bali, sunblock, dll ) karena akan susah mencari toko di dekat pantai, apalagi dengan harga yang terjangkau.
-          Apalagi punya  banyak waktu, jangan ragu untuk beach-hopping ke kota yang lain di sekitar Nice dan Monaco.
-          Jangan lupa bawa sepatu yang berbahan karet (seperti crocs,dll) karena pasir batu di Nice akan lebih enak kalau memakai alas kaki tersebut.
-          Kota-kota di French Riviera sebanarnya tidak besar dan bisa dijelajah dengan berjalan kaki. Namun, jangan ragu untuk mencoba bus, tram ataupun kereta eskursi yang tersedia di kota tersebut.
-          Suhu udara di musim panas sekitar 25-35 derajat celcius. Udara ini bahkan lebih panas dari Indonesia, jangan lupa untuk selalu menggunakan sunblock ketika hendak berjemur ataupun berpergian.




Monday, May 13, 2019

seri ranesi

Kerja Praktek di Belanda

Bulan Mendota
06-02-2007

Salah satu syarat kelulusan sekolah di tingkat HBO (hogeschool beroep
onderwijs) adalah melakukan  kerja praktek di perusahaan yang
berkaitan dengan jurusan mereka masing-masing. Empat orang mahasiswi
Hogeschool Inholland Diemen, membagi pengalaman suka-duka mereka
selama bekerja di perusahaan Belanda.

nefry dan upik.jpg

Nefry dan Palupi
Syarat kelulusan
Kerja praktek adalah sebuah  keharusan bagi para pelajar di Belanda
yang  bersekolah di hogeschool. Kerja praktek ini biasanya dilakukan
ketika pelajar tersebut menginjak semester lima, dan jangka waktu
mereka bekerja disana adalah sekitar enam bulan sampai dengan satu
tahun. Kerja praktek ini seiring dengan tujuan dari sekolah di
hogeschool itu sendiri, mempersiapkan para pelajar hogeschool di dunia
kerja. Selesainya kerja praktek, para pelajar diharapkan bisa
mengetahui lebih banyak pengalaman dalam bekerja di suatu perusahaan
dan bisa menjadi bekal setelah mereka lulus dari sekolah.



Dian Apradika, mahasiswi Inholland Diemen jurusan International
Business and Management, bekerja pada salah satu perusahaan perhotelan
di Belanda bercerita bahwa untuk mendapatkan kesempatan kerja praktek
prosesnya cukup gampang. Dia hanya mengirim lamaran dan resume diri
kepada perusahaan tersebut kemudia perusahaannya memanggilnya untuk
wawancara. Nefry Ivon, mahasiswi jurusan IT, mendapatkan perusahaan
untuk kerja prakteknya melalui website yang memang melayani para
pelajar yang sedang mencari perusahaan untuk kerja praktek, seperti
www.stageplaza.com dan www.stagemotor.nl.

Mulai dari tahun 2007, urusan ijin kerja untuk kerja praktek lebih
mudah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Untuk bekerja praktek, pelajar
hanya membutuhkan perjanjian kerja antara pelajar dan perusahannya.
Berbeda dengan tahun lalu yang mengharuskan pelajar untuk mempunyai
ijin kerja dari CWI (Organisasi Pekerja).

dika jihan.jpg

Dian dan Jihan
Gugup
Bekerja dengan orang Belanda di sebuah perusahaan adalah salah satu
pengalaman yang berkesan bagi para pelajar tersebut. Palupi Kusuma,
mahasiswi jurusan IT yang melakukan kerja praktek di sebuah perusahaan
IT di Utrecht, mengatakan  bahwa pertama kali bekerja dia agak gugup
dan takut mengingat semua pekerjanya berkomunikasi dengan Bahasa
Belanda. Kenyataanya, para pekerja disana menyambut Palupi dengan
ramah dan mengajak ngobrol dia. Nefry sendiri menyatakan pada awalnya
dia takut karena kebanyakan para pekerjanya berusia lebih jauh dari
umurnya.

Jihan Nizami, yang sempat merasakan kerja di perusahaan elektronika
terkenal di Nijmegen, mengatakan pengalaman yang paling menyenangkan
adalah ketika dia mendapatkan gaji di akhir bulan. Kebanyakan dari
mereka mendapat gaji sekitar 300-500 euro per bulan.

"Pertama kali mendapat gaji dari kantor rasanya kita benar-benar sudah
dewasa," imbuhnya.

Nefry sendiri menyatakan pengalaman yang paling menarik adalah
bagaimana dia bisa menyesuaikan diri dengan pemikiran orang Belanda,
yang berbeda dengan pemikiran orang Asia. Dia juga menambahkan,
keuntungan dari bekerja di Belanda adalah dia bebas untuk berpendapat
dan para pekerja itu tidak memandang sebelah mata pada dia.
Rekan-rekan kerjanya yakin akan kemampuan Nefry dan menghargai
pendapatnya.

Bagi Dian, yang paling menyebalkan adalah ketika dia harus melihat dan
terlibat pada konflik internal perusahaan.

" Tidak enak aja melihat bagaimana  setiap department menganggap
departmentnya paling penting dan kemudian saling melimpahkan tugas,"
ceritanya.

Kesempatan kerja
Salah satu keuntungan bekerja praktek, selain mendapat gaji, juga
adanya kemungkinan untuk bekerja disana. Nefry sendiri kembali ke
perusahaanya untuk bekerja paruh waktu setelah masa waktu untuk kerja
praktek berakhir.

 "Tekanan beban dan tanggung jawabnya berbeda dengan saat kita kerja
praktek disana, lebih terasa. Sebabnya kita disana dibayar bukan untuk
belajar lagi, tapi benar-benar bekerja," jawabnya ketika ditanya
kesannya bekerja paruh waktu di tempat perusahaan kerja prakteknya
dulu.

Citation: http://www.ranesi.nl/zonapelajar/sekolahdanbeasiswa_051124/kpbld060207
    se

    Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Benua Afrika

    Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Benua Afrika



    Marrakesh, ibu kota Maroko, terletak di bagian utara benua Afrika. Saat berkunjung ke sana, saya masih tinggal di Prancis, menemani suami yang sedang belajar. Bagi orang Prancis, Maroko memang bukan negara asing, karena merupakan negara bekas jajahan Prancis di Afrika.

    Begitu mendarat di bandara Marrakesh, tak biasanya petugas menanyakan bisa saya. Saya maklum, karena mungkin tidak seminggu sekali ada turis dari Indonesia datang ke Marrakesh, sehingga mereka tidak sadar bahwa warga Indonesia bisa masuk ke Maroko tanpa visa.

    Meskipun tinggal di Afrika Utara, orang-orang Maroko adalah keturunan Berber yang masih satu akar dengan orang Timur Tengah dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Ketika tahu bahwa kami berasal dari negara Asia dengan penduduk muslim terbanyak, mereka sangat gembira. Kemampuan bahasa Prancis saya sedikit banyak membantu untuk bercengkerama dengan warga lokal, karena mereka kebanyakan hanya bisa berbahasa Arab dan Prancis. Hanya sedikit yang bisa berbahasa Inggris. 

    Madrasah Ali bin Yusuf yang berada di tengah-tengah souk merupakan salah satu bukti bahwa Marrakesh pernah menjadi pusat belajar agama Islam di masa silam. Ketika masuk di dalamnya, kami terpesona melihat masjid dan ruangan yang dahulu dijadikan tempat tinggal sekitar 150 ornag santri, yang kabarnya rela dari berbagai penjuru negeri melintasi gurun untuk belajar di sini. Selain bisa melihat bagian dalam masjid yang penuh dengan ukiran kaligrafi, kami juga mengintip bekas kamar para santri di bagian salle d'etudiants. 



    Kami juga mengunjungi Bali Palace dan Bahia Palace untuk melihat kemegahan Islam di Marrakesh yang masih tersisa. Badi Palace dulunya adalah sebuah kerajaan megah yang dibangun tahun 1500an, tetapi sekarang sayangnya tinggal reruntuhan saja. Namun saya masih bisa melihat ukiran kaligrafi emas yang menghias mimbar Masjid Koutabia.

    Sementara Bahia Palace yang baru dibangun pada abad ke-19, menjadi tempat 'ngadem' yang menyenangkan untuk menghindari terik matahari siang Marrakesh yang garang. Bahia Palace, yang juga merupakan harem tempat Bou Ahmed menempatkan 4 istri dan 26 selirnya, terlihat cantik dan sejuk dengan hiasan bunga dan kaligrafi serta ubin keramik yang didominasi warna biru dan hijau. Kucing-kucing liar yang merupakan penghuni Bahia Palace menjadi 'model dadakan' yang kerap dijadikan sasaran kamera para turis.

    Masjid Koutabia yang berada di bagian selatan Jemaa el-Fna adalah salah satu ikon kota Marrakesh. Di malam hari, banyak penduduk berlalu lalang dan berjualan di depan masjid tersebut. Ketika waktu salat tiba, mereka meninggalkan begitu saja dagangan mereka di luar dan masuk ke masjid untuk menunaikan salat.

    Sunday, October 07, 2007

    Dengan setengah berlari, Zelda berusaha mengingat-ingat apa yang harus dibawa ke sekolah hari ini. Buku PR Matematika? Check. Buku diktat sejarah? Check. Zelda kembali melihat daftar pelajaran yang ditempelnya di meja belajarnya.

    “ Hm, hari ini ada pelajaran olah raga,” katanya dalam hati. Dengan cepat dia mengambil kaos putih bersablon nama sekolahnya dan celana pendek hijau, baju olahraga sekolahnya.

    Zelda berlari menuju meja makan, roti isi keju sudah disiapkan disana. Di dekat kursi meja makannya sudah disiapkan sepatu dengan kaos kakinya. Dengan semangat multi fungsi Zelda berusaha makan roti sambil memakai sepatunya.

    Mama yang baru keluar dari kamar, geleng-geleng kepala melihat tingkah Zelda.

    “ Telat lagi Zel? Kan mama dah bilang, buku tuh disiapin malam sebelumnya,” omel mamanya yang duduk di sebelah Zelda dan membantu memotong-motong roti keju Zelda.

    Sementara Zelda cuman diam sambil berusaha mengunyah rotinya dan mengikat sepatunya. Sapaan rutin yang mama ucapkan sudah tidak mempan lagi untuk Zelda.

    “ Zel, jangan lupa obat mama!” kata mamanya ketika Zelda sudah selesai mengunyah gigitan terakhir rotinya. Zelda langsung mengangguk ringan, dan berjalan melihat kertas yang berisi daftar obat yang harus diminum mamanya setiap hari.

    Salah satu tambahan kegiatan rutin Zelda di pagi hari sejak setahun yang lalu. Sejak mama Zelda terkena kanker payudara. Dari situlah, Zelda, si anak bungsu, bertugas menyiapkan obat untuk mama. Apalagi sang Ayah sedang bertugas di luar kota yang hanya pulang di akhir minggu dan kakaknya sedang bekerja di luar kota. Daftar obat-obat itu sudah ditulis rapi oleh ayah. Zelda sudah hafal obat-obat mana hanya dengan melihat bentuknya. Zelda segera menyusun obat-obat tersebut di piring kecil yang sudah dilabeli ‘pagi’, ‘siang’ dan ‘malam’.

    “Zel, ulang tahunmu minggu depan mau mama masakin apa?” kata mama sambil melihat Zelda yang sibuk menyusun obat.

    “Hmm, apa aja lah, Ma.. anak-anak paling juga mau dikasih apa aja. Kan mereka rakus semua,” canda Zelda.

    “Hehehe, emang temen-temenmu itu. Ya udah, mama buatin nasi kuning aja yah. Lagian mas dan ayah mau datang loh. Spesial buat kamu”

    “ Oh ya?? Horeee…..”

    Zelda mencium pipi mamanya erat, mengambil tas sekolahnya dan melesat memasuki mobil. Mama keluar rumah sambil melambaikan tangan. Zelda membalasnya riang.

    ***

    Akhirnya bel sekolah berbunyi juga. Zelda, Septi dan Ratih terlihat tergesa-gesa merapikan tas mereka.

    “Zel, ada acara nggak? Mau ke Citra Mall dulu nggak? Temenin donk, aku mau beli kado,” Ajak Ratih.

    “Oh boleh tuh, ayo ayo, ‘dah lama neh ga refreshing juga,” jawab Zelda tanpa pikir panjang.

    Tiba-tiba handphone Zelda bergetar. SMS masuk.

    Zel, ntar jangan lupa anterin mama ke Rumah Sakit yah. Mama harus terapi radiasi

    Sender: Mama

    Raut wajah Zelda langsung berubah melihat SMS tersebut.

    “Kenapa Zel ?” Tanya Ratih melihat perubahan muka Zelda.

    “ Aduh Sorry, aku ga bisa ikut. Mama aku harus ke Rumah Sakit hari ini,” kata Zelda memelas.

    “Oh ya udah lah Zel, lain kali aja kamu ikutnya,” jawab Ratih sambil tersenyum.

    Zelda segera pamit dengan kedua temannya dan melangkah pelan ke mobil yang sudah terparkir di depan sekolah.

    Ini bukan pertama kalinya bagi Zelda. Selalu begini, runtuk Zelda. Saat teman-temannya pergi ke Mall usai pulang sekolah, dia pergi ke Rumah Sakit. Saat teman-temannya belajar di rumah untuk ulangan, dia belajar di rumah sakit sambil menemani mamanya. Sepulang dari les bahasa inggris, dia harus langsung ke rumah sakit. Acara menginap yang sudah dirancang jauh-jauh, bisa saja tiba-tiba dibatalkan karena mamanya harus masuk rumah sakit.Yang paling parah, kalau teman-temannya sedang terisak-isak menangis karena masalah cowok, dia terisak menangis di sudut sekolah karena berita buruk mamanya.

    Zelda menarik nafas dalam ketika dia masuk ke mobil yang mengantarnya ke rumah untuk menjemput mamanya. Mana bisa aku menikmati masa SMA kalau begini terus, keluhnya.

    ***

    Zelda mencoba bangun setelah wekernya berbunyi nyaring. Dengan mengantuk dia keluar dari kamarnya. Hari ini hari senin, biasanya ayahnya akan kembali ke kota tempat kerjanya dengan pesawat di pagi hari. Tapi hari itu sunyi. Tidak ada tanda-tanda dari kamar orang tuanya.

    “Kemana Mama sama Ayah, Mbak?” Tanyanya pada pembantunya yang sedang memasak di dapur.

    “ Bapak Ibu tadi pagi ke rumah sakit, Mbak. Tadi Mbak Zelda disuruh telpon ke HP Bapak, kalau sudah bangun,”

    Deg. Hatinya berdebar tidak karuan. Dengan cepat dia menelpon ayahnya.

    “ Yah, kenapa Mama?” katanya tanpa basa-basi.

    “ Mamamu harus rawat inap karena tiba-tiba saja tensi darahnya turun lagi. Ayah nanti siang balik ke kantor, kamu abis pulang sekolah langsung ke RS ya?”

    “ Mama parah yah?”

    “ Kata dokter paling cuman tiga hari di RS,”

    “ Tapi ntar aku harus les dulu yah,”

    “ Ya udah gak papa, biar si mbak nemenin mama dulu,”

    “ Ehm mama cuman tiga hari doank kan disana yah?”

    “ Mudah-mudahan begitu, kenapa emang?”

    “ Hari jum’at kan ulang tahunku, mama janjiin mau masak-masak, teman-teman mau ke rumah” kata Zelda pelan. Ayah disana terlihat menarik naas.

    “ Zelda, rasanya sekarang bukan saat yang tepat buat ngomongin itu.”

    “ Tapi, kalau memang mama gak bisa, aku mau bilang ke temen-temenku biar mereka gak datang ke rumah.” Seru Zelda cepat.

    Ayah diam sesaat.

    “ Zel, lebih baik dibatalin saja yah, ayah gak tau apa mama udah kuat hari itu,”

    Setelah berjanji akan segera kesana setelah pulang les, Zelda menutup telponnya dengan tidak bersemangat. Dia berusaha untuk menahan air mata yang sudah mendesak untuk tumpah.

    Hari itu di sekolah dia terlihat banyak diam. Setelah mengabari teman-temannya bahwa mereka tidak bisa ke rumahnya di hari Jum’at nanti, Zelda langsung merasa tidak bersemangat. Memang, teman-temannya mengerti alasan Zelda, tetapi, Zelda sendiri yang merasa bersalah kepada mereka. Dia sudah menjanjikan hal ini dari jauh-jauh hari dan tiba-tiba saja dibatalkan.

    Di sekolah, celotehannya teman-temannya lebih banyak ditanggapi dengan diam dan senyum. Nafsu makannya pun hilang.

    Sepulang dari les, Zelda harus segera kembali ke rumah untuk membawa beberapa baju untuk menginap di Rumah Sakit nanti. Dia melirik jam tangannya, sudah jam empat, pikir Zelda. Tetapi, dia belum sempat makan apa-apa tadi siang. Dibukanya tudung saji, mbak Mirah sudah memasakkan ayam goreng. Dicomotnya satu dan dikunyahnya cepat-cepat. Yang penting makanlah, pikirnya.

    Zelda melihat agendanya, sambil membereskan baju yang mau dia bawa. Dia baru sadar kalau besok ada ulangan Matematika. Dia membayangkan harus belajar di Rumah Sakit yang sebetulnya bukan hal baru untuk Zelda.

    ***

    Sudah tiga hari mamanya di Rumah Sakit dan dokter belum memperbolehkan beliau untuk pulang. Zelda masih sibuk pulang pergi rumah, sekolah dan Rumah Sakit. Hari ini di sela-sela istirahat pertama, Zelda menyempatkan diri untuk membaca ulang catatan Biologinya. Jam ke lima nanti, Zelda ada ulangan Biologi. Zelda terlihat lelah membaca buku catatan yang sudah dibolak-baliknya itu.

    Septi menghampiri Zelda yang masih sibuk berkomat-kamit menghafal alat pernafasan binatang.

    “Zel, ke kantin ikut yuk,” ajaknya.

    Zelda cuman menggeleng disaat Septi mengamati wajah Zelda.

    “ Kamu sakit yah? Dari tadi kamu pucet banget, dan dari kemarin kamu banyak diem mulu. Lagi bad mood yah?”

    Zelda mengangkat wajahnya.

    “ Yah daritadi badanku emang kerasa nggak enak. Kecapekan kali yah, bolak balik mulu..”

    “ Ya udah, istirahat sebentar, ke kantin dulu yuk, beli minuman”

    Zelda mengangguk dan berjalan di belakang Septi. Hari itu udara sangat panas, kantin penuh dengan murid-murid yang sedang menikmati istirahatnya.

    “ Sep, kok aku jadi pusing yah di dalam kantin, ” kata Zelda di tengah-tengah kerumunan orang-orang berbaju putih abu-abu itu.

    Septi yang sedang sibuk berjalan di tengah kerumunan, menengok ke belakang dan dia melihat Zelda memegangi kepalanya dan tiba-tiba…

    BRUK. Zelda jatuh.

    Septi panik dan berteriak meminta tolong.

    ***

    Bau minyak putih menyadarkan Zelda dari pingsannya. Dia melihat suster UKS berdiri di samping tempat tidurnya. Septi dan Ratih berdiri di sisi satunya. Wajah mereka terlihat lega ketika mengetahui Zelda sudah tersadar. Zelda mencoba untuk tersenyum.

    “Zel, kita dah kasih tau ayahmu tadi. Terus katanya, kalau sudah sadar kamu disuruh pulang aja. Supirmu lagi jalan ke sekolah,” jelas Ratih.

    “ Iya, makasih ya Sep, Tih,” jawab Zelda pelan.

    Di perjalanan pulang, ayahnya menelpon Zelda.

    “Zelda, gimana kamu?” ada nada panik di suara ayahnya. Zelda merasa bersalah.

    “Gapapa kok, Yah. Cuman kecapekan aja kali. Bolak balik Rumah Sakit ke sekolah, harus les dan Zelda memang lagi banyak ulangan,”

    “ Kamu gak istirahat cukup yah?”

    “ Ya Zelda emang lagi sibuk… Maaf..”

    “ Zel, mama kamu tuh lagi sakit. Kamu tuh ya, makan yang teratur, istirahat juga yang teratur. Kalo kamu sakit gini, kan susah apa-apanya lagi.”

    “ Yah, Zelda kan emang lagi banyak kegiatan. Mau gimana lagi? Lagian, kan bukan salah Zelda mama sakit…” kata-kata Zelda keluar begitu saja tanpa dipikir.

    “ Zel!” seru ayahnya keras.

    Zelda tersinggung mendengar nada suara ayahnya.

    “ Zelda capek, Yah. Selama ini Zelda sudah ngelakuin semuanya sendiri. Ayah sama mas gak pernah ngerasain gimana rasanya setiap hari nungguin mama di Rumah Sakit. SETIAP HARI. Kalian enak gak harus setiap hari khawatir sama keadaan mama. Kalian kan cuman datang weekend doang. Gimana ayah bisa ngerti rasa capek Zelda?”

    “ Zelda…” nada suaranya mulai melembut.

    “ Zelda capek, Yah. Zelda capek!!!” Zelda kemudian menutup telponnya dan menangis di dalam mobil.

    Setelah puas menangis, Zelda mendapat SMS dari ayahnya untuk beristirahat di rumah. Mbak Mirah yang akan menunggui mamanya. Zelda membaca SMS itu dengan tidak bersemangat dan juga ada rasa sesal didalamnya. Dia tahu, kalau mamanya sampai mengetahui persoalan ini, beliau akan sangat sedih.

    Tapi aku tidak sekuat itu, Ma. Bisiknya dalam hati.

    ***

    Jam 12 malam, Zelda dikejutkan dengan bunyi SMS ucapan ulang tahun dari Ratih yang kemudian disusul dengan SMS-SMS lain dari teman-temannya. Zelda tersenyum membaca semua SMS yang masuk itu. Jam dua malam, setelah mengirim SMS ucapan terima kasih kepada teman-temannya, Zelda segera terlelap.

    Pagi itu Zelda dikerubungi teman-temannya yang ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Zelda terlihat bahagia melihat teman-temannya banyak mengingatnya. Bahkan sepulang sekolah, dia dilempari tepung, air dan telur oleh teman-temannya.

    “ Abis ini mau kemana, Zel?” Tanya Ratih yang menemani Zelda mengganti pakaian di kamar mandi sekolah.

    “ Ke rumah dulu rasanya, mau keramas.. Abis itu ke Rumah Sakit lagi” jawab Zelda sambil memegang rambutnya yang masih bau telur. Ratih tertawa melihat mimik muka Zelda yang mengerinyit ketika dia mencoba mencium bau rambutnya.

    “ Sayang yah, kita ga makan-makan di rumahmu kayak tahun lalu.”

    “ Yah, mau gimana lagi,” nada suara Zelda menggantung.

    ***

    Zelda berjalan di lorong Rumah Sakit sambil membawa tas yang berisi baju dan buku. Disana dia melihat banyak orang-orang yang berlalu lalang. Tidak hanya orang yang sakit, tetapi juga keluarga yang menemaninya. Orang-orang yang senasib dengan ku, pikir Zelda.

    Tiba-tiba, mamanya menelpon.

    “ Sudah dimana Zel?” Tanya mamanya.

    “ Sudah dekat Ma, sebentar lagi sampai kok,” di ujung telpon Zelda mendengar banyak suara orang bercakap-cakap.

    “ Disana ramai, Ma?” tanyanya. Jam segini memang jam besuk, tidak heran kalau banyak orang yang berkunjung ke kamar rawat mamanya.

    “ Iya, rame. Ya udah mama tunggu”

    Zelda sudah berada di depan pintu kamar rawat mamanya. Zelda tertegun ketika sepertinya mengenal suara-suara ramai yang didengar dari balik daun pintu kamar. Dengan tak sabar dia buka pintu tersebut.

    “ SURPRISE !!!”

    Zelda tersenyum lebar. Didapatinya mama, ayah dan kakaknya membawa sebuah hadiah besar dan berebut untuk memeluk dan menciumnya. Di ujung sana dilihatnya nasi kuning bersanding dengan kue tart strawberry. Dan disekelilingnya, dilihatnya Ratih, Septi dan beberapa teman-teman dekatnya berdiri disana. Mereka menyanyikan lagu ‘ Selamat Ulang Tahun ‘ dan mendaulat Zelda untuk meniup lilin. Zelda terlihat sangat bahagia.

    Setelah teman-temannya pulang, Zelda duduk disamping mamanya.

    “ Terima kasih ya, Ma”

    “ Mama kan sudah janji untuk membuatkan kamu nasi kuning dan mengundang teman-temanmu,” jawab mamanya sambil tersenyum

    “ Untung Septi dan Ratih bisa menjaga rahasia,” lanjut mamanya.

    “ Ma.. mama mau gak janji satu lagi sama Zelda,” ujarnya sambil melihat mata mamanya.

    “ Janji apa?”

    “ Untuk sembuh,”

    Mama memegang tangan anak bungsunya itu lembut.

    “ Zelda tahu apa yang membuat mama kuat sampai sekarang?”

    Zelda menggeleng pelan sebagai jawabannya.

    “ Zelda beri kekuatan untuk mama terus berjuang melawan penyakit ini. Setiap melihat Zelda tidur di sebelah mama. Mama tahu, bahwa anak mama selalu ada buat mama untuk terus berjuang. Zelda yang buat mama seperti itu, ” tangan mama memegang Zelda lebih erat. Ayah dan kakaknya tersenyum mendengar kata-kata itu.

    Tanpa terasa airmata Zelda tumpah perlahan. Dia terharu.

    “ Aku sayang Mama,” bisik Zelda pelan sambil memeluk mamanya. Erat.


    By Bulan Mendota. Amsterdam. Oktober 7th, 2007.

    Dedicated to my mom in her ‘supposedly’ 56th birthday. I love you, mom.

    Labels:

    Wednesday, September 05, 2007

    Asal Usul Bendera Merah Putih

    dapet dari milis sahabat museum, ga tau bener to gak neh ;)

    Hehehehe, menarik juga kalau ada yang bisa share tentang asal usul bendera merah
    putih.

    Sekelumit dari kisah Engkong. Katenye dulu, lagi jaman Belanda, pernah sekali
    waktu ceritanya beberapa pemuda mau menunjukkan berontak sama Belanda, begitu,
    maka mereka pagi pagi nyelundup satu gedung Belanda, yang ada benderanya, lalu
    menyobek bagian warna biru nya, lalu menaikkan lagi benderanya. Dan Belanda
    tidak sadar sampai sorenya. Waktu itu orang Indonesia sekitar situ tahu semua
    bendera sudah berubah warna, dan sengaja lewat depan gedung situ sekedar untuk
    melirik lalu cekikikan mentertawakan. Sewaktu nyadar kemudian, Londo marah
    sekali, tapi apa mau dikata tidak tahu siapa yang berbuat, dan penduduk sekitar
    juga tidak sudi mengadukan siapa saja yang berbuat. Sayang engkong kaga cerita
    detail kejadiannya di daerah mana, gue juga cuman inget sebagian kecil itu saja.

    Ada kisah lain lagi, tentang usaha menduduki gedung Belanda juga. Pemuda
    pemuda RI yang berani mati, hendak merobek bagian yang biru, menaikkan kembali
    yang merah putih. Itu katanya kalau mau menaikan bendera taruhannya nyawa. Tapi
    pemuda pejuang kayaknya udah pada rela berkalang tanah. Kalau nyerbu mau rebut
    bendera Belanda, biasanya keroyokan, lalu yang berani sentuh bendera biasanya
    kena dor, begitu dia jatuh, di belakangnya sudah ada yang menggantikan untuk
    tujuan serupa, begitu gugur lagi, sudah ada yang gantikan lagi, pokoknya
    penggantinya lebih banyak dan berusaha lebih cepat daripada peluru. Dan kalau
    bendera merah putih sudah mencapai puncak tiang, rasanya puaaaasssss sekali,
    kepuasan yang layak ditebus belasan jiwa yang gugur, begitu katanya.

    Yang jelas bendera merah putih itu efisien banget terutama kalau mau menduduki
    gedung si londo, kaga perlu bawa bendera sendiri, yang sudah ada saja, tinggal
    di ambil warna birunya, selesai deh. Dan kaga keluar modal lagi, hehehe. Waktu
    itu katanyaaaa..... yang berani beli kain warna merah sama putih aje langsung
    didatengi intelnya londo, hahahah. Tau bener tau kaga. Lagi pula waktu itu
    banyakan pejuang pada kere, makan aja susah, boro boro beli bendera. Menurut
    saya sih cara seperti itu bukannya berarti tidak mau repot mendesign, justeru
    malahan cerdik bin kreatif. Efektif dan Efisien, hehehe.

    Hanya sayang sewaktu pendudukan Jepang nggak bisa dipakai tuh cara begitu,
    abis benderanya walaupun sama warna merah putih tapi berbentuk tompel merah
    ditengah gitu sih. Makanya sewaktu mau proklamasi benderanya musti dijahit
    sendiri oleh istri Bung Karno, begitu kali ya, hahahaha.

    Friday, April 06, 2007

    Cara Mudah Memahami blog

    Inilah Cara Mudah Memahami Blog


    “Saya tidak percaya blog!” kata seorang eksekutif
    sebuah perusahaan. Hm… saya hanya manggut-manggut (mengangguk-anggukkan
    kepala sambil bengong) saja.


    “Kamu punya blog?” tanya saya kemudian.


    “Tidak,” jawabnya.


    “Pernah baca blog?” tanya saya lagi.


    “Hm…. pernah…,” jawabnya. “Tapi jarang sekali,” lanjutnya.


    “Blog siapa yang kamu baca?”. Saya penasaran.


    “Hm…. ndak ingat,” katanya sambil nyengir.


    Itulah percakapan imaginer yang saya tulis berdasarkan diskusi
    dengan mereka yang tidak percaya blog. Tentu saja saya tidak diskusi
    dengan dua menteri Malaysia yang merendahkan martabat blogger. Saya hanya bercakap-cakap dengan beberapa eksekutif yang saya kenal saja.


    Dari diskusi itu saya mendapatkan insight, mereka tidak
    percaya karena memang mereka tidak tahu apa itu blog. Oleh karena itu,
    perkenankan saya melanjutkan diskusi imaginer lagi.


    “Kamu suka menulis buku harian?” tanya saya.


    “Suka dong,” jawabnya lugas.


    “Pernah menulis ide-ide yang belum sempat terwujud?”


    “Wah, itu sering. Setiap punya ide, biasanya saya tulis di komputer, saya simpan dan saya baca di saat saya perlu.”


    “Hm… luar biasa,” kata saya. “Apakah suka memotret juga?”


    “Suka. Tapi amatiran. Hasilnya jelek.”


    Saya tersenyum senang dengan jawabannya yang lugas, cepat, tanpa
    ragu. Ia memang seorang eksekutif handal di sebuah perusahaan cukup
    besar.


    Lalu saya isengi dia sedikit dengan pertanyaan:


    “Ngomong-ngomong, kamu percaya ndak dengan apa yang kamu tulis di buku harianmu?”


    “Hah… kamu ini gila atau apa sih? Ya percaya dong. Masa nggak percaya sama tulisan sendiri!” jawabnya sambil tertawa masam.


    “Kalau ada yang tidak sengaja menemukan buku hariamu, dan
    kemudian mengatakan bahwa yang kamu tulis itu bohong bin dusta belaka,
    kamu marah ndak?”


    “Ya tentu saja marah. Emangnya saya nulis sembarangan di buku harian?”


    Ia mulai curiga dengan pertanyaan saya.


    “Nah, jika tulisanmu yang berupa buku harian itu ditaruh di Internet dengan alamat khusus, ditulis secara berkala, ada foto mu, ada profilmu, maka jadilah sebuah blog,” kata saya.


    Tentu saja itu definisi sederhana. Buku harian disimpan untuk diri
    sendiri. Sebaliknya blog ditulis agar dibaca orang lain. Hal-hal yang
    dianggap tabu oleh masing-masing blogger tentu tidak akan ditulis di
    blog.


    Oleh karena itu, blog seringkali berisi hal-hal ringan mengenai
    pengalaman sehari-hari yang berbasis fakta. Bisa saja itu kisah yang
    menggembirakan. Namun bisa juga umpatan dan keluhan. Untuk mereka yang
    serius, blog kadangkala dipakai untuk menggelar wacana dan mengharapkan
    imbal wacana dari pembacanya.


    “oooo… begitu ya,” kata teman saya sambil garuk-garuk kepala. “Jadi,
    sungguh bodoh kalau tadi saya bilang saya tidak percaya blog?”.


    Tentu saja saya tidak menjawab pertanyaan itu. Bodoh atau tidak, bukan urusan saya.


    Meski mulai mengerti, saya masih membaca di matanya ada sesuatu yang mengganjal.


    http://www.virtual.co.id/blog/?p=204


    -------------------------------------------

    blog = online diary ?

    ini adalah meaning blog yg paling awal diajukan, paling sering diingat, tapi jarang dipahami. Kalau liat dari pemaparan Pa Nukman, rasanya bener ya kalo kita ga mungkin boong ama diary kita sendiri. Diary = pengalaman sehari-hari berbasis fakta.

    Walau pada prakteknya, blog dijadikan beberapa media
    bisnis, blog-blog personal masih punya kekuatannya sendiri. Yang ak baca, beberapa perusahaan malah encourage employeenya untuk menulis blog. Ketika para employee tanya ke HR mereka batasan apa yg boleh ditulis, ada perusahaan yg bilang, "there is no restriction, just be yourself, "

    Emang masih ada batas seperti tidak boleh kasih tau number finance mereka, or secret strategy mereka, yah wajar ya :). Mereka juga encourage employees untuk menulis 'Copyright' di blog mereka.

    Microsoft beranggapan bahwa karena para employee mereka mempunyai blog, ini membuat citra perusahaan mereka menjadi 'down to earth' dan mereka melihat kalau company seperti bisa communicate dengan mereka.

    hey PM Malaysia, kenapa masih men-under estimate kan kekuatan blog. Web 2.0 dalam waktu dekat akan men booming dan apabila Anda tidak cepat2 ikutan dengannya anda akan tersingkir.

    BTW, ini sangat OOT sekali lama2 :p haduuhh sorry efek FD :p

    Monday, December 12, 2005

    Apa Artinya Sebuah Rumah?

    Lokasi : Amsterdam Central.

    Pintu kereta itu otomatis menutup ketika peluit tanda kereta sedang ditiup. Penumpang tergesa-gesa mencari tempat duduk yang kosong. Aku mengikuti arus penumpang di sekitarku sambil sesekali melirik tanda kelas kereta diatas, apa benar ini kereta tweede klaas . Ketika menemukan satu tempat duduk yang kosong dengan segera ak duduk, bersandar di jendela di sampingku.
    Suasana malam itu seperti malam biasanya. Amsterdam memang cantik kalau malam hari, batinku sambil mengagumi lampu lampu yang menerangi pelabuhan di dekat stasiun kereta. Hanya dua pemberhentian, aku sampai ke stasiun kereta kotaku yang sunyi, Diemen.

    Hari itu, seperti biasa kalau aku ada waktu senggang, kami baru saja selesai main bilyard di centrum Amsterdam. Dan hari ini tim nya lumayan lengkap tiga cowok dan tiga cewek. Aku benar benar menikmati malam itu yang hanya menghabiskan tiga euro untuk dua jam. Sudah bukan rahasia lagi, tempat kami bermain bilyard itu adalah tempat bilyard termurah di Amsterdam. Untuk kantong student seperti kami, harga murah adalah segala-galanya. Dan seperti biasanya, pembicaraan kami hari itu berkisar tentang isu isu terbaru di Indonesia, gosip gosip di Indonesia dan dilanjutkan dengan seksi curhat.

    Sambil berjalan ke apartemenku, aku tersenyum-senyum mengingat pembicaraan kami, celetukan celetukan yang ada dan kadang pembahasan pada hal hal yang tidak penting.
    Aku melirik pada teman sebelahku, Tia yang dari tadi hanya diam memikirkan sesuatu. Dari di kereta dia tampak diam saja, sambil khyusuk menekan tombol di hand phone nya.

    “Lagi berantem, Ti ?” tanyaku
    “ Yah gitulah.. dia kayaknya mulai bosen ama hubungan jarak jauh ini”
    “Hmm” jawabku sekenanya, bukan sekali ini dia menceritakan masalah hubungan jarak jauh ini dan dia bukan orang pertama di Amsterdam yang mengeluhkan soal hubungan jarak jauh.
    “ Lagi mikir apa? “ tanyanya balik.
    “ Rumah” jawabku setelah beberapa detik diam.
    Dan Tia mengangguk maklum. Memang, bukan hanya kali ini dia mendengar aku mengeluhkan masalah ini.

    -----------------------------------------

    Lokasi: Kamar Apartemen, Diemen

    Home is the place and people you belong to. Begitu kata artikel di sebuah majalah remaja ini. Aku tertegun sebentar , lalu menutup majalah itu dan mulai menyalakan laptopku.

    Sign In to MSN .
    User name : Fikariyani@hotmail
    Password : ******

    Signing in

    Change personal setting
    My status : Fika <3 Home is the place and people you belong to.
    Personal Message : tell me, where is my home, then?

    Aku mulai melihat siapa saja yang online dan hari ini nampaknya tidak banyak yang online. Ting! Tiba-tiba ada bunyi tanda email baru masuk .
    From: venalina@plasa.com subjek: Fik…

    Dengan tergesa-gesa aku klik kotak biru itu, dari tunangan kakakku yang sudah aku anggap seperti kakak cewekku sendiri.

    Pasti soal rumah. Batinku.
    Dan memang, dia menceritakan soal keadaan rumah yang semakin dingin. Ayah dan kakak yang semakin jarang komunikasi dan rumah yang semakin hari semakin kosong.
    Aku menangis. Ya, sekali lagi aku menangis.


    Seketika aku membayangkan suasana rumah tiga tahun yang lalu, ketika sang Ibu masih berada di sisi kami, dan aku juga teringat dua tahun yang lalu, ketika aku mendapat kabar mama sudah kembali ke tempat-Nya. Aku masih bisa mendengar sisa-sisa histeris teriakanku, dan ketergesa-gesaanku mengurus visa untuk pulang, kekhawatiran teman teman satu apartemenku, dan kesabaran teman-temanku menjaga agar aku tidak sendirian di kamar. Dan aku masih bisa merasakan senyum mereka ketika mengantarku ke Schiphol, kecemasan mereka semua terekam dengan baik di kepalaku.

    Musim semi sudah mulai terasa. Kupalingkan wajahku ke jendela, seketika ak bisa melihat ujung ujung daun mulai muncul di pohon samping kamarku. Aku tersenyum, rasanya baru saja pohon itu menggagas dan baru saja serbuk serbuk salju menutup ranting ranting kecil pohon itu. Hidup di luar negri memang terasa sangat cepat.

    Tia tiba tiba masuk ke kamarku. Secepat mungkin aku seka bekas bekas airmata dan mulai tersenyum.

    “Fik, aku dapet KLM 448 euro, harga student , pake kartu ISSC ” katanya semangat.
    “itu enkele reis ? “
    “iya , iya lah.. aku kan bakal magang di Indonesia setahun.”
    “Oh iya, kamu bakal magang di Indonesia yah, ak lupa…”
    “Kamu?”
    “Apa? “ kataku mengerinyitkan dahi.
    “ Jurusanmu juga mengharuskan kamu stage setaun kan? Kamu mau magang di mana emangnya?”
    Sesaat aku diam. Teringat lagi ayah kakak dan rumah.
    “Mungkin bukan di Indonesia. Aku udah dapat di sini. Mungkin disini ajah”
    “Libur musim panas nanti? Kamu pulang kan?” tanyanya lembut.
    “Aku rencana mulai magang bulan Agustus Ti, mungkin aku ga pulang kali ini”


    Tia diam, sebelum keluar dari kamarku, dia berkata pelan.
    “Jangan menghindar, Fik..”

    Aku diam. Sesaat kemudia aku segera mengambil jaket tebal dan syal ku, memakai kaos kaki dan bersiap siap sambil membawa kameraku. Foto hunting. Untuk meringankan beban di kepalaku yang semakin lama semakin penat. Ucapan Tia berbarengan dengan surat Vena hanya membuat aku penat.

    Kalau memang rumah adalah suatu tempat yang membuat kamu nyaman, maka Belanda ini adalah rumahku. Aku menemukan kenyamanan dalam teman-temanku, dalam kegiatanku, dalam kesendirianku. Aku tidak akan terus-terusan ditanya oleh orang-orang sekitarku tentang ini dan itu. Aku bisa hidup dalam ketenanganku, dalam kesendirianku.
    ------------------------------
    Lokasi: Leidseplein, Amsterdam
    “Kamu dewasa Fik, kamu mestinya bersyukur tidak semua orang bisa mendapatkan apa yang kamu mau. Banyak yang ingin menjadi seperti kamu,” kata Tia sambil meneguk kopinya.
    Siang itu memang kami memutuskan untuk mengobrol sambil minum kopi ala orang Belanda di De Jaren, salah satu café pelajar terkenal di Amsterdam.
    Pemandangan kanal dan jembatan yang indah dan sunyi membiusku.
    “Kamu yang ga ngerti Tia, aku sendiri gak pingin hidupku seperti ini, aku masih muda Ti.. Aku ngerasa belum pantes menerima masalah keluarga seperti ini, siapa yang mengira kalau keluarga ku akan jadi seperti ini? Kamu enak masih punya keluarga lengkap tanpa permasalahan disana” serbuku emosi. Tia hanya diam sabar mendengar keluhanku.
    “ Fik… orang jatuh cinta kan ga bisa dilarang.. liat aja disini, banyak orang yang suka sama jenisnya sendiri, dan memang kita tidak bisa melarang itu kan? Itu terjadi natural sayang, setiap orang berhak jatuh cinta. Kamu sendiri yang bilang kalau orang bisa suka sesamanya itu hak asasi manusia itu sendiri. Kenapa kamu ga bisa menerapin ini sama dia.. Padahal dia tidak suka sesama, hanya dia jatuh cinta lagi… “
    “Tetapi pada saat dan waktu yang salah…” semburku masih mengeluarkan emosi.
    “ Hanya karena dia sekarang punya kamu dan kakakkmu, dan dia menggantikan orang yang kamu cintai dan biasa kamu lihat sebagai pasangannya… Bukan berarti setelah pasangannya tidak ada, dia tidak bisa jatuh cinta lagi… “
    “ Tapi dia masih punya aku dan kakakku yang juga mencintainya, kenapa dia masih harus mencari orang lain? “
    “ Jangan egois Fik…” katanya menenangkan.

    Amsterdam hari itu penuh sesak, aku dan Tia berjalan kaki menuju Central Station, sekelebat kulihat sesama pria saling berpegangan tangan, kasmaraan. Dan sisi humanisku berkata sekali lagi, yah itu kan hak mereka.

    Tetapi kenapa aku tidak bisa menerapkan ini sama dia, batinku bertanya lagi.

    --------------------------------------------

    Lokasi: Ruang Tengah Apartemen, Diemen

    Sayang, lagi ngapain? Harga BBM mau naik, semua orang panik. Tanggal 10 Agustus nanti ayah mau ngadain akad nikah. Apa kamu bisa datang ?
    Sender: Ayah

    Dan seketika aku langsung menangis. Tidak pula aku balas sms darinya. Semua teman-teman serumah ku mulai menenangkanku. Dan juga segera aku telpon kakakku. Dia berusaha menenangkan aku yang histeris. Ketika dia menawarkan untuk berbicara dengan ayah, aku menolak. Segera aku tutup telepon internasional itu.

    Tia yang tampak panik berusaha mentenangkan sambil membawakan aku air putih.
    “Aku ga mau dateng Ti.. aku mau disini ajah.. Aku ga akan dateng Ti… Aku sakit hati…sakit hati banget Ti.. “
    Tia hanya dia sambil mendengar racauanku. Dan aku semakin meracau. Tidak jelas, kesal, marah, nangis , sesenngukan semua jadi satu.

    Aku minta Tia buat meninggalkan aku sendirian. Dalam kediaman aku membuka album fotoku, disana kulihat Mama tersenyum dan menggadengku, aku melihat ayah di sampingku dan kakakku disampingku. Kami keluarga bahagia, batinku. Lalu semuanya terlintas begitu saja, masa kecilku, jalan-jalan ke Taman Mini, acara keluarga besar, masa-masa SMA ku, ketika mendengar penyakit mama, ketika mengetahui aku harus ke Belanda dan pandangan mata terakhir mama di Airport.

    Aku menangis sampai pagi.
    -------------------------------------------------

    Lokasi : Vondelpark, Amsterdam

    Musim semi baru saja menghampiri Negara dimana pernah menjajah negriku tercinta. Negri yang sangat aku rindukan. Negri yang sudah tak pernah aku sapa sejak terakhir Mama pergi dari dunia ini. Dua tahun yang lalu. Masih waktu yang singkat, tapi kerinduanku benar-benar sudah memuncak. Aku rindu udara panasnya, aku rindu polusinya, aku rindu warung-warung, aku rindu keramaian itu, aku rindu gosip-gosip tidak bermutunya, aku rindu keramahan itu, terutama aku rindu pancaran mata mereka. Pancaran mata ingin tahu yang kadang membuatmu sakit. Pancaran mata ingin membantu tetapi kadang malah merepotkan. Pancaran mata penasaran ketika melihat kamu bersedih. Dan yang paling aku rindu, pancaran mata kasih sayang dari ayah dan kakakku.


    Taman kota ini penuh dengan bule-bule berjemur setengah telanjang, bapak-ibu-anak piknik, cewek-cowok berciuman, anak muda memakai cimeng dan bermabuk-mabukan, dan pria-pria yang bercinta.

    Haruskah aku larang mereka?
    Bisa apa aku?
    Dan bisa apa aku melarang dia untuk jatuh cinta lagi?

    Lokasi : Cathay Agent travel, Dam Square, Amsterdam

    “ Mau bayar tiket pesawat, Oom” Kataku tersenyum sambil membuka pintu kantor.
    Oom Rob, begitu kami biasa memanggilnya, tersenyum balik kepadaku, tangannya cekatan mencari di balik tumpukan tiket-tiket itu.

    Aku sudah memutuskan. Teguhkan hatimu, Fik. Kataku menenangkan diri sendiri.

    Aku pejam mata, desiran angin panas Indonesia terasa nyata di semua indra perasaku.

    “ Pake kartu debit atau cash, nduk ? “ sapanya membangunkan lamunanku.

    “ Kartu debit , Oom..”

    Oom Rob tampak sibuk menekan tombol-tombol di mesin kecil itu. Aku terpana melihat tarian jemari tangannya.

    Tinggal sedekat ini untuk kembali. Aku bisa saja berlari pergi dan membatalkan ini semua. Oom Rob akan mengerti.

    “ Tekan tombol ‘Ja’ “ katanya lembut.


    Tombol ‘Ja’. Satu gerakan tangan yang akan mengubah semua.
    Pendirianku. Masalahku. Prinsipku. Tangisku. Kelamku.

    Satu gerakan tangan yang akan membebaskan.
    Satu gerakan tangan untuk keiklasan.
    Satu gerakan tangan untuk cinta.
    Cinta yang tak pernah habis untuknya.
    Satu gerakan tangan untuk bertemu dengan rinduku.
    Rumahku.

    “Home is the place and people you belong to.”

    Lokasi : Di depan mesin atomatis kartu debit

    “JA”

    *************************************
    12 December 2005
    Ivoordreef 161 Utrecht
    *saya memang hanya bisa terinspirasi ketika banyak kerjaan :D

    Wednesday, September 29, 2004

    Matahari bersinar malu-malu bangun dari peraduannya, Sang Ibu sudah terlihat sibuk dengan rumahnya. Suatu rumah yang tidak besar, ato tidak bias sebuah bangunan beralas kayu itu bias kamu sebut rumah, Apalagi keadaan disekitarnya tidak mendukung sama sekali bayangan tentang rumah. Disana, hanya terdapat satu ruang dengan pembatas kain untuk menyekat ruang2 di dalamnya.

    Putri, terbangun dari tidurnya kala dia mencium bau masakan dari ruang yg mereka sebut dapur.

    “ Pagi-pagi begini sudah bangun, Mak?”
    “ Ini mah sudah jam 4, Put, memang sudah waktunya bangun. Lagian kalo tidak bangun sekarang, warungnya tidak bias buka donk, kamu juga bangun, kamu kan harus sekolah”

    Sejenak Putri memandang punggung Maknya itu, sekelebat dia bisa membayangkan semua pengorbanan yg sudah Mak nya tanggung dari saat dia berumur 5 tahun, ketika Bapaknya bilang akan kerja merantau tapi sampai sekarang, sampai dia dan Maknya harus pergi ke Jakarta untuk mencarinya, si bapak yg dia maksud belum ketemu juga.

    Walau Maknya tidak pernah berkata macam-macam. Putri tahu, kalau Maknya masih merindukan Bapaknya dan masih setia menunggu Bapaknya itu.

    Jakarta, pagi-pagi begini sudah terlihat ramai. Putri sudah terbiasa melihatnya, ada seorang perempuan yg bermake up seronok pulang ke rumah, ada Bapak2 yg bersiap pergi ke kantor dan ada pula perempuan yang terlihan cantik dengan pakaian warna-warni nya ,walau kadang Putri anggap pakaian mereka agak mecolok, orange dengan hitam, dengan rambut disanggul tinggi dan make up tebal.

    Putri pernah mengenal salah satu dari mereka, seorang gadis yang berasal dari daerah yang sama dengannya, ketika dia mendapat pekerjaan ituh, dengan seragam itu, gaya berbicaranya mulai berubah. Setidaknya Putri menilai gadis itu sudah mulai memaksa diri untuk berbicara lo-lo-gue-gue.

    Putri memasuki ruang kelasnya dengan ceria. Mengingat mungkin ini saat terakhir dia akan berada di bangku sekolah, sebab Putri tidak yakin kalo Maknya akan mampu menyekolahkan dia ke bangku SMP.

    Putri tahu, terlalu banyak kesedihan di kehidupannya, tapi Putri juga tahu kalo dia tidak sendiri. Masih banyak yang bernasib sama dengan dia ato lebih buruk daripada dia.

    Ketika sekolah usai, dia mulai mencoba untuk mengadu nasib. Ada yang beda hari ini, Putri yang biasa terpaksa melakukan ini, sekarang dia mulai menikmatinya.

    Putri menemuka objek yang berhasil membuat dia tersenyum. Sudah satu bulan ini, di lapangan parkir Pondok Indah Mall ada seorang pria yang memesona hati Putri.

    Yah, Putri sedang jatuh cinta. Putri tersenyum mengingat kata kata itu. J-a-t-u-h-c-i-n-t-a. Putri mencoba mengeja kata kata itu. Ada perasaan gelid di hatinya. Kalo sampe Mak tahu, katanya tersenyu, bisa habis Maknya melarang untuk kerja lagu.

    Yah, Maknya tidak pernah menyuruh Putri untul melakukan pekerjaan ini, mengamen. Maknya selalu berkata bahwa dia bisa membiayai Putri. Tetapi, ketika suatu saat dia melihat maknya menangis karena tidak punya uang dan Putri memberikan hasil uangnya padanya. Maknya tidak bisa melarang Putri lagi.

    Putri sedang jatuh cinta! Serunya lagi. Yah, setidaknya Putri bisa terus tersenyum hari ini. Melihat Sang Pujaan yang terlihat tampan dengan seragam biru muda itu.

    Plak.. “Put, kamu lagi liat si Herman lagi yah” seru Diah, sahabatnya yang berprofesi sama dengannya.
    Muka Putri berseru merah. Dia memalingkan muka , tanpa berkata apa-apa. Seketikanya dilihat lampu traffic light sudah berwarna merah. Dia segera pergi ke sana dan mulai berkerja.

    Hari ini, perilakunya sopan dan nyanyiannya terdengar lebih merdu. Tak heran banyak orang yang simpati padanya dan memberinya uang. Teman temannya heran melihat kelakuan Putri. Diah hanya tersenyum melihat seru merah di muka Putri saat teman temannya menanyakan ada apa dengannya.
    Jam sudah menunjukkan setengah 9 malam ,ketika jalanan sudah tidak seramai tadi, ketika Diah menarik Putri untuk bercakap-cakap.
    “ Kamu mau ikut aku, Putri?”
    “kemana?”tanyanya sambil mengerinnyitkan wajahnya.
    “ Hari ini temannya Herman mengajak ku jalan-jalan…” katanya penuh makna.
    Putri tau apa artinya dari maksud dan tujuan Diah, Putri yakin kalau mereka tidak akan sekedar jalan-jalan.
    “..siapa tahukan si Herman bakal ikut kalau ketemu kamu…”
    Putri tersenyum pahit. Apa katanya Mak nya nanti kalo dia ikut Diah sekarang.
    “jadi?...”kata Diah menunggu reaksi Putri yang sejak tadi hanya diam seribu bahasa.
    Putri menggeleng, lalu dia segera pergi tanpa mendengar bujuk rayu Diah lagi.

    Ini yang selalu dicemaskan Emak. Emak selalu ngomong meskipun dia miskin, dia tidak mau anaknya lalu menjadi berantakan. Putri menghargai itu, dia gak mau melihat Emaknya sengsara gara gara dia.

    Hasilnya lumayan, kata dia melihat duit yang dia terima hari itu. Dia pulang dengan riang. Di rumah terlihat sepatu tamu terpampang di depan. Seorang lelaki, bapak-bapak, terlihat sedang meminum kopi di ruang tamu mereka. Putri juga melihat ibunya di sebelahnya menemani Bapak itu dengan diam.

    “ Hei, halo… ini Putri ya? Sudah gede yah, sudah jadi gadis” katanya memandang seluruh tubuh Putri.Putri risih melihat pandangan Sang Bapak Itu. Dia hanya diam dan trsenyum.

    “ Putri, ini temen Bapak dulu di kampung, dia sama-sama kerja dengan Bapak.” kata ibu menjelaskan
    Putri menunggu lanjutan ucapan ibunya.
    “Putri, bapak sudah meninggal 1 tahun yang lalu, kecelakaan Put..”
    Putri tercenang. Bapaknya… hanya sedikit kenangan Putri tentang Bapaknya, tapi itu mampu membuat Putri menitikkan air mata.
    Putri terbayang kehidupan diJakarta… tujuannya yang hanya untuk menyusul Bapak..

    “ Kamu tahu, Putri? Bapakmu selalu kangen ama kamu, tapi dia itu malu, katanya, kerja jauh jauh kok ya cumin jadi buruh, padahal bapakmu kan punya ijazah STM. TAdi, Bapak kaget sekali pas liat Mak mu di Pasar. Bapak gak nyangka bakal nemu Mak mu lagi disini.”

    Putri terus terdiam mendengar penjelasan lelaki itu. Dia memilih masuk dan tertidur di ranjangnya,. Dia sudah cukup penat dengan semua kenyataan yang ada.
    Sejenak masih terdengar percakpan antara Ibunya dan Pak Dodi.

    Hari ini Putri terlihat lemas, apalagi hari ini dia sama sekali tidak melihat Herman. Uang yang diterimanya sedikit. Sementara Emaknya sejak mendengar kabar dari Pak Dodi, terlihat tidak semangat untuk meneruskan hidupnya. Putri sudah berbicara pada ibunya, dia ingin kembali ke kampung. Setidaknya di kampung, dia masih punya nenek dan kakek yang bisa membantunya untuk sekolah di SMP. Mak hanya diam. Dia tampak berpikir keras menanggapi pernaytaan anak semata wayangnya ituh.

    Tiba- tiba Diah muncul di depannya, sambil tersenyum senang.
    “aku puya kabar baik buat kamu..”
    “oh ya?.. katanya diam.
    “Si Herman nyariin kamu tuh… , tuh liat dia sekarang lagi jalan ke sini kan…”
    “Kok bisa?...ahhhh kamu pasti ngomong ya ama dia.. ah.. Rese amet sih kamu”
    Herman tampak mendekat ke arah mereka berdua.
    “Oh jadi ini yang namanya Putri…” kata Herman melihat Putri.
    Putri tampak salah tingkah.
    “Ehm, boleh juga, kamu mau dibayar berapa semalem? Sama kayak si Diah yah”
    PLAKK!!!!!!! Tanpa sadar Putri sudah menamparnya.
    Dia berlari, tanpa mempedulikan teriakan Diah yang memanggil manggil namanya.
    Akhirnya Diah bisa menahan Putri. Putri yang tampak kelelahan dan nafasnya ngos-ngos an, menarik tangannya dari genggaman Diah.
    “Putri… maaf,.. ak gak tau kalo dia bakal ngomong gitu. Maaf ya Put… ak gak maksud..”
    Putri hanya diam mendengar perkataan sahabatnya itu. Dia diam diam menangis.
    “putri.. “ panggil Diah lirih sambil memeluk sahabatnya itu.

    Putri pulang dengan keadaan lemah. Maknya menyambutnya dengan senyum, namun tercenang melihat reaksi Putri yang datar.
    “putri.. ada apa?” kata Maknya lembut
    Putri hanya diam… Maknya tersenyum dan melanjutkan kata2nya
    “dengar put.. Mak kira kembali ke Kampung itu lebih baik. Tapi, tunggu ampe kamu lulus yah? Mak juga mau nambah modal buat bikin usaha di kampung. Putri sabar yah… kan tinggal 3 bulan lagi.
    “ Mak.. Putri mau pulang saja..”katanya lirih.
    Maknya tersenyum, kemudian mengangguk penuh makna..

    2 bulan terakhir ini, Putri mengubah trayek ngamennya. Dia gak mau ngamen di depan PIM lagi. Walhasil, hasilnya terlihat berkurang. Tak urung, Putri terlihat kecewa. Pulangnya selalu larut malam, diatas jam 9, tapi penghasilannya biasa biasa saja.

    Malam itu, Putri memutuskan untuk pulang walau jam masih menunjukkan pukul 7 malam. Badannya lelah. Sekolah dan kerjaanya sudah membebani pikirannya.
    Ketka dia akan memasuki rumahnya, terdengar gelak tawa Ibunya memenuhi ruangan. Putri tercengang mendengar gelak tawa itu. Sudah lama dia tidak mendengar tawa Maknya.
    Putri membuka pintu, hendak lari memeluk ibunya dan tawa yang dia rindukan itu.
    Ketika disana terlihat Maknya dengan pakaian ketat dan rok mini dan Herman saling memeluk dan menggoda.

    ---------------------------------------@@@@@@@@@@@@@@@---------------------------------

    inspired by PIM, jakarta.
    Amsterdam, 29 oktober 2004,..
    Finaly, setelah bertaun taun berhenti berkarya..
    (disaat assignment2 sudah berteriak minta diselesaikan)