Monday, May 13, 2019

Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Benua Afrika

Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Benua Afrika



Marrakesh, ibu kota Maroko, terletak di bagian utara benua Afrika. Saat berkunjung ke sana, saya masih tinggal di Prancis, menemani suami yang sedang belajar. Bagi orang Prancis, Maroko memang bukan negara asing, karena merupakan negara bekas jajahan Prancis di Afrika.

Begitu mendarat di bandara Marrakesh, tak biasanya petugas menanyakan bisa saya. Saya maklum, karena mungkin tidak seminggu sekali ada turis dari Indonesia datang ke Marrakesh, sehingga mereka tidak sadar bahwa warga Indonesia bisa masuk ke Maroko tanpa visa.

Meskipun tinggal di Afrika Utara, orang-orang Maroko adalah keturunan Berber yang masih satu akar dengan orang Timur Tengah dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Ketika tahu bahwa kami berasal dari negara Asia dengan penduduk muslim terbanyak, mereka sangat gembira. Kemampuan bahasa Prancis saya sedikit banyak membantu untuk bercengkerama dengan warga lokal, karena mereka kebanyakan hanya bisa berbahasa Arab dan Prancis. Hanya sedikit yang bisa berbahasa Inggris. 

Madrasah Ali bin Yusuf yang berada di tengah-tengah souk merupakan salah satu bukti bahwa Marrakesh pernah menjadi pusat belajar agama Islam di masa silam. Ketika masuk di dalamnya, kami terpesona melihat masjid dan ruangan yang dahulu dijadikan tempat tinggal sekitar 150 ornag santri, yang kabarnya rela dari berbagai penjuru negeri melintasi gurun untuk belajar di sini. Selain bisa melihat bagian dalam masjid yang penuh dengan ukiran kaligrafi, kami juga mengintip bekas kamar para santri di bagian salle d'etudiants. 



Kami juga mengunjungi Bali Palace dan Bahia Palace untuk melihat kemegahan Islam di Marrakesh yang masih tersisa. Badi Palace dulunya adalah sebuah kerajaan megah yang dibangun tahun 1500an, tetapi sekarang sayangnya tinggal reruntuhan saja. Namun saya masih bisa melihat ukiran kaligrafi emas yang menghias mimbar Masjid Koutabia.

Sementara Bahia Palace yang baru dibangun pada abad ke-19, menjadi tempat 'ngadem' yang menyenangkan untuk menghindari terik matahari siang Marrakesh yang garang. Bahia Palace, yang juga merupakan harem tempat Bou Ahmed menempatkan 4 istri dan 26 selirnya, terlihat cantik dan sejuk dengan hiasan bunga dan kaligrafi serta ubin keramik yang didominasi warna biru dan hijau. Kucing-kucing liar yang merupakan penghuni Bahia Palace menjadi 'model dadakan' yang kerap dijadikan sasaran kamera para turis.

Masjid Koutabia yang berada di bagian selatan Jemaa el-Fna adalah salah satu ikon kota Marrakesh. Di malam hari, banyak penduduk berlalu lalang dan berjualan di depan masjid tersebut. Ketika waktu salat tiba, mereka meninggalkan begitu saja dagangan mereka di luar dan masuk ke masjid untuk menunaikan salat.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home